Pages

Minggu, 06 Mei 2012

Sutan Harhara

Baris 27: Baris 27:
 

Permainannya pun langka. Sebagai defender, dia termasuk serbabisa. Ketika dipasang sebagai [[libero]], dia sangat jago. Saat diplot sebagai bek kanan atau kiri, dia tetap tangguh. Suka maju ke depan, tapi tak melupakan tugasnya sebagai pengawal pertahanan. Di klubnya, Persija, maupun timnas Indonesia, dia termasuk salah satu pilar. Bahkan, di era 1970-an, Sutan Harhara identik dengan jaminan kuatnya pertahanan Tim Garuda.

 

Permainannya pun langka. Sebagai defender, dia termasuk serbabisa. Ketika dipasang sebagai [[libero]], dia sangat jago. Saat diplot sebagai bek kanan atau kiri, dia tetap tangguh. Suka maju ke depan, tapi tak melupakan tugasnya sebagai pengawal pertahanan. Di klubnya, Persija, maupun timnas Indonesia, dia termasuk salah satu pilar. Bahkan, di era 1970-an, Sutan Harhara identik dengan jaminan kuatnya pertahanan Tim Garuda.

   

Hal langka lain dari seorang Sutan Harhara adalah kakinya. Sebagai pemain, dia termasuk spesialis kaki kanan (right footed). Maksudnya, kaki sebelah kanan jauh lebih baik daripada kaki kirinya. Namun, dia bisa memerankan bek kanan atau kiri dengan sama baiknya. Kemampuan istimewa itu sudah terlihat sejak dia masih muda. Begitu ditransfer dari Indonesia Muda (IM) ke Jayakarta pada 1973, dia langsung menarik perhatian banyak orang. Bahkan, pemain hebat waktu itu, Iswadi Idris, sempat memujinya. Menurut Iswadi, Sutan termasuk pemain yang berbakat.

+

Hal langka lain dari seorang Sutan Harhara adalah kakinya. Sebagai pemain, dia termasuk spesialis kaki kanan (right footed). Maksudnya, kaki sebelah kanan jauh lebih baik daripada kaki kirinya. Namun, dia bisa memerankan bek kanan atau kiri dengan sama baiknya. Kemampuan istimewa itu sudah terlihat sejak dia masih muda. Begitu ditransfer dari Indonesia Muda (IM) ke Jayakarta pada 1973, dia langsung menarik perhatian banyak orang. Bahkan, pemain hebat waktu itu, [[Iswadi Idris]], sempat memujinya. Menurut Iswadi, Sutan termasuk pemain yang berbakat.

   
 

Benar juga, saat membela Jayakarta di kompetisi [[Persija Jakarta|Persija]], dia menjadi salah satu bintang. Bahkan, dia membawa klub tersebut promosi dari Divisi II ke Divisi I, sampai akhirnya naik ke Divisi Utama.

 

Benar juga, saat membela Jayakarta di kompetisi [[Persija Jakarta|Persija]], dia menjadi salah satu bintang. Bahkan, dia membawa klub tersebut promosi dari Divisi II ke Divisi I, sampai akhirnya naik ke Divisi Utama.

  +
  +

== Karier di klub ==

  +

===Persija Jakarta

  +

Ia mulai membela [[Persija Jakarta|Persija]] pada usia 19 tahun. Ketika itu, ia juga menjadi bagian dari skuad [[Indonesia Muda|IM]]. Pada debut pertamanya di Persija, ia bisa membawa Persija menjadi juara [[Perserikatan]] tahun 1971.

  +
  +

Kemudian pada tahun 1975, ia juga berhasil membawa [[Persija Jakarta|Persija]] juara [[Perserikatan]] setelah dalam partai final berhasil menahan imbang [[PSMS Medan|PSMS]] 1-1.

  +
  +

[[Berkas:PSSI_1975.jpg|thumbnail|left|PSSI menetapkan [[Persija Jakarta|Persija]] dan [[PSMS Medan|PSMS]] sebagai juara bersama pada kompetisi [[Perserikatan]] tahun 1975]]

  +
  +

[[PSMS Medan]] ketika itu adalah the dream team di Indonesia setelah menjadi juara [[perserikatan]] tiga kali berturut yaitu pada tahun 1966-1969, sedangkan [[Persija Jakarta|Persija]] ketika itu dihuni oleh pemain bintang timnas seperti [[Anwar Udjang]], [[Nobon Kayamudin]], [[Risdianto]], [[Iswadi Idris]], [[Subodro]], [[Andi Lala]], [[Anjas Asmara]], Andjiek Ali Nurdin, dll.

  +
  +

Pertandingan final berlangsung cukup panas sehingga sampai terjadi kericuhan antar pemain. Oleh karena itu, pada menit 40, wasit terpaksa harus menghentikan pertandingan dan keduanya ditetapkan sebagai juara bersama.

  +
  +

== Karier Internasional ==

  +

===Indonesia vs Uruguay (1974)===

  +

Pada tahun 1973, ia terpilih menjadi pemain timnas. Ia membela timnas hingga tahun 1980.

  +

[[Berkas:Indonesia_vs_Uruguay%281974%29.jpg|left|thumb|Skuad Indonesia vs Uruguay tahun 1974]]

  +

Debut pertamanya d timnas adalah ketika [[tim nasional sepak bola Indonesia|Timnas Indonesia]] menghadapi [[Tim nasional sepak bola Uruguay|timnas Uruguay]] pada tanggal 19 April 1974 di [[Stadion Gelora Bung Karno|Stadion Istora Senayan]] yang ketika itu timnas Uruguay dimotori serangan oleh [[Juan Silva]] dan [[Fernando Morena]].

  +
  +

Sayangnya timnas uruguay tidak membawa pemain inti mereka, sehingga mereka harus menerima kekalahan dengan skor 2-1. Karena tidak mau merasa malu, akhirnya mereka meminta pertandingan ulang. Pertandingan diadakan pada tanggal 21 April. Sayangnya kali ini giliran [[Tim nasional sepak bola Indonesia|timnas Indonesia]] yang harus menerima kekalahan dengan skor 2-3.

  +
  +

Ketika itu, ia berhasil mematikan pergerakan Fernando Morena dan Juan Silva sehingga mereka tampak kesulitan untuk menembus pertahanan [[Tim nasional sepak bola Indonesia|timnas Indonesia]]. Susunan pemain Indonesia vs Uruguay:[[Ronny Paslah]], [[Anwar Ujang]], Subodro, [[Sutan Harhara]], [[Jacob Sihasale]], [[Nobon Kayamudin]], [[Andi Lala]], [[Anjas Asmara]], [[Risdianto]], [[Abdul Kadir]], dan Waskito.

  +
  +

===Denmark vs Indonesia===

  +

Pada tahun 1974, Indonesia mengadakan tur ke [[eropa]] untuk mengadakan partai ujicoba dengan negara Eropa. Dalam tur tersebut 11 diantara kekalahan timnas yang paling memalukan adalah ketika timnas Indonesia dibantai [[Tim nasional sepak bola Denmark|timnas Denmark]] dengan skor 9-0. Ini adalah kekalahn terbesar timnas sepanjang sejarah sebelum akhirnya rekor tersebut dipatahkan pada saat timnas Indonesia dibantai [[Tim nasional sepak bola Bahrai|timnas Bahrain]] dengan skor 10-0.

   
 

== Gaya permainan ==

 

== Gaya permainan ==

Tak kalah menarik, Sutan memiliki gaya tersendiri. Dia pengagum Total Football yang pada 1974 sangat populer diusung timnas Belanda. Meski di Indonesia waktu itu identik dengan skema 3-5-2 dan belum mengenal sepak bola yang sangat menyerang itu, Sutan berani menerapkan gaya itu dalam permainan individunya. Sebagai bek sayap, dia aktif membantu serangan. Saat timnya menekan, dia cepat berada di wilayah lawan. Bahkan tak jarang, serangan itu berawal dari akselerasinya di sektor sayap. Meski begitu, dia tak pernah lupa turun untuk memastikan pertahanan timnya aman.

+

Tak kalah menarik, Sutan memiliki gaya tersendiri. Dia pengagum [[Total Football]] yang pada 1974 sangat populer diusung [[Tim nasional sepak bola Belanda|timnas Belanda]]. Meski di Indonesia waktu itu identik dengan skema 3-5-2 dan belum mengenal sepak bola yang sangat menyerang itu, Sutan berani menerapkan gaya itu dalam permainan individunya. Sebagai [[bek sayap]], dia aktif membantu serangan. Saat timnya menekan, dia cepat berada di wilayah lawan. Bahkan tak jarang, serangan itu berawal dari akselerasinya di sektor sayap. Meski begitu, dia tak pernah lupa turun untuk memastikan pertahanan timnya aman.

   
 

Apalagi, Sutan dibekali teknik passing yang baik. Sehingga, dia banyak membuat assist buat para penyerang Indonesia. Terkadang dia juga mampu memanfaatkan peluang menjadi sebuah gol. Gaya permainannya itu yang membuat permainan Sutan jadi sangat menarik ditonton. Pertama, dia mengambil inisiatif sendiri untuk menjadi bek sayap yang aktif menyerang maupun bertahan ala total football. Kemudian, para pelatihnya menyetujui, bahkan mendukungnya.

 

Apalagi, Sutan dibekali teknik passing yang baik. Sehingga, dia banyak membuat assist buat para penyerang Indonesia. Terkadang dia juga mampu memanfaatkan peluang menjadi sebuah gol. Gaya permainannya itu yang membuat permainan Sutan jadi sangat menarik ditonton. Pertama, dia mengambil inisiatif sendiri untuk menjadi bek sayap yang aktif menyerang maupun bertahan ala total football. Kemudian, para pelatihnya menyetujui, bahkan mendukungnya.

   

Sutan bukan hanya bagus ketika menghadapi pemain-pemain lokal. Tapi juga teruji mampu mematikan bintang dunia. Saat Ajax Amsterdam datang ke Indonesia pada 1974, Sutan berhasil mengawal Gerth van Zanten. Bintang Ajax itu dibuat tak berkutik. "Saya waktu itu berada di kiri. Karena kesulitan melewati saya, dia tampak frustasi kemudian pindah ke kanan. Saya melawan Ajax dua kali. Saat membela Persija bermain imbang 1-1, dan saat membela timnas kalah 1-2," kenang Sutan.

+

Sutan bukan hanya bagus ketika menghadapi pemain-pemain lokal. Tapi juga teruji mampu mematikan bintang dunia. Saat [[Ajax Amsterdam]] datang ke Indonesia pada 1974, Sutan berhasil mengawal Gerth van Zanten. Bintang Ajax itu dibuat tak berkutik. "Saya waktu itu berada di kiri. Karena kesulitan melewati saya, dia tampak frustasi kemudian pindah ke kanan. Saya melawan Ajax dua kali. Saat membela Persija bermain imbang 1-1, dan saat membela timnas kalah 1-2," kenang Sutan.

   

Sutan juga pernah merasakan melawan timnas Denmark. Kala itu Sutan berhasil mematikan bintang mereka: Alan Simonsen. Sutan juga pernah berpengalaman melawan timnas Uruguay, Rapid Viena (Austria), dan Rosario Central (Argentina). Pengalaman itu membuatnya pemain yang begitu matang, hingga berkarier cukup lama.

+

Sutan juga pernah merasakan melawan [[Tim nasional sepak bola Denmark|timnas Denmark]]. Kala itu Sutan berhasil mematikan bintang mereka: [[Allan Simonsen]]. Sutan juga pernah berpengalaman melawan timnas Uruguay, Rapid Viena (Austria), dan Rosario Central (Argentina). Pengalaman itu membuatnya pemain yang begitu matang, hingga berkarier cukup lama.

   
 

Yang tak kalah penting, dia meninggalkan banyak catatan indah dalam persepakbolaan Indonesia. Meski tidak pernah membawa Indonesia juara di suatu turnamen, permainannya yang agresif dan menarik membuatnya dikenang sebagai salah satu pilar Garuda yang begitu tangguh. Di masanya, timnas Indonesia ditakuti di tingkat Asia.

 

Yang tak kalah penting, dia meninggalkan banyak catatan indah dalam persepakbolaan Indonesia. Meski tidak pernah membawa Indonesia juara di suatu turnamen, permainannya yang agresif dan menarik membuatnya dikenang sebagai salah satu pilar Garuda yang begitu tangguh. Di masanya, timnas Indonesia ditakuti di tingkat Asia.


Revisi terkini pada 6 Mei 2012 14.11

Harhara
Informasi pribadi
Nama lengkap Sutan Harhara
Tanggal lahir 19 Agustus 1952
Tempat lahir Bendera Indonesia Jakarta, Indonesia, Indonesia
Tinggi 174 cm
Posisi bermain Bek sayap
Informasi klub
Klub saat ini Persija
Nomor ??
Karier junior
1972-1973 IM Jakarta
1973-1980 Jayakarta
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
1972–1980 Persija ?? (??)
Tim nasional
1972-1980 Indonesia ?? (??)
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik dan akurat per 27 September 2010.

‡ Penampilan dan gol di tim nasional
akurat per 27 September 2010

Sutan Harhara (lahir 19 Agustus 1952; umur 59 tahun) merupakan pesepakbola Indonesia era 70an dari Persija, klub Sepak Bola Indonesia, yang dapat berposisi sebagai Bek sayap.

Daftar isi

Di era 1970-an, pemain yang populer di Indonesia selalu dari jajaran striker, gelandang, atau kiper. Tapi ada pengecualian buat Sutan Harhara. Anak Kota Jakarta Pusat yang berposisi sebagai defender ini begitu spesial, hingga media massa tak mau melewatkan setiap aksinya yang memang layak jadi cerita. Wajar jika Sutan Harhara termasuk langka. Defender yang bisa dibilang sama populernya dengan penyerang kenamaan saat itu. Sebut saja Andi Lala, Anjas Asmara, dan Iswadi Idris.

Permainannya pun langka. Sebagai defender, dia termasuk serbabisa. Ketika dipasang sebagai libero, dia sangat jago. Saat diplot sebagai bek kanan atau kiri, dia tetap tangguh. Suka maju ke depan, tapi tak melupakan tugasnya sebagai pengawal pertahanan. Di klubnya, Persija, maupun timnas Indonesia, dia termasuk salah satu pilar. Bahkan, di era 1970-an, Sutan Harhara identik dengan jaminan kuatnya pertahanan Tim Garuda.

Hal langka lain dari seorang Sutan Harhara adalah kakinya. Sebagai pemain, dia termasuk spesialis kaki kanan (right footed). Maksudnya, kaki sebelah kanan jauh lebih baik daripada kaki kirinya. Namun, dia bisa memerankan bek kanan atau kiri dengan sama baiknya. Kemampuan istimewa itu sudah terlihat sejak dia masih muda. Begitu ditransfer dari Indonesia Muda (IM) ke Jayakarta pada 1973, dia langsung menarik perhatian banyak orang. Bahkan, pemain hebat waktu itu, Iswadi Idris, sempat memujinya. Menurut Iswadi, Sutan termasuk pemain yang berbakat.

Benar juga, saat membela Jayakarta di kompetisi Persija, dia menjadi salah satu bintang. Bahkan, dia membawa klub tersebut promosi dari Divisi II ke Divisi I, sampai akhirnya naik ke Divisi Utama.

[sunting] Karier di klub

===Persija Jakarta Ia mulai membela Persija pada usia 19 tahun. Ketika itu, ia juga menjadi bagian dari skuad IM. Pada debut pertamanya di Persija, ia bisa membawa Persija menjadi juara Perserikatan tahun 1971.

Kemudian pada tahun 1975, ia juga berhasil membawa Persija juara Perserikatan setelah dalam partai final berhasil menahan imbang PSMS 1-1.

PSSI menetapkan Persija dan PSMS sebagai juara bersama pada kompetisi Perserikatan tahun 1975

PSMS Medan ketika itu adalah the dream team di Indonesia setelah menjadi juara perserikatan tiga kali berturut yaitu pada tahun 1966-1969, sedangkan Persija ketika itu dihuni oleh pemain bintang timnas seperti Anwar Udjang, Nobon Kayamudin, Risdianto, Iswadi Idris, Subodro, Andi Lala, Anjas Asmara, Andjiek Ali Nurdin, dll.

Pertandingan final berlangsung cukup panas sehingga sampai terjadi kericuhan antar pemain. Oleh karena itu, pada menit 40, wasit terpaksa harus menghentikan pertandingan dan keduanya ditetapkan sebagai juara bersama.

[sunting] Karier Internasional

[sunting] Indonesia vs Uruguay (1974)

Pada tahun 1973, ia terpilih menjadi pemain timnas. Ia membela timnas hingga tahun 1980.

Skuad Indonesia vs Uruguay tahun 1974

Debut pertamanya d timnas adalah ketika Timnas Indonesia menghadapi timnas Uruguay pada tanggal 19 April 1974 di Stadion Istora Senayan yang ketika itu timnas Uruguay dimotori serangan oleh Juan Silva dan Fernando Morena.

Sayangnya timnas uruguay tidak membawa pemain inti mereka, sehingga mereka harus menerima kekalahan dengan skor 2-1. Karena tidak mau merasa malu, akhirnya mereka meminta pertandingan ulang. Pertandingan diadakan pada tanggal 21 April. Sayangnya kali ini giliran timnas Indonesia yang harus menerima kekalahan dengan skor 2-3.

Ketika itu, ia berhasil mematikan pergerakan Fernando Morena dan Juan Silva sehingga mereka tampak kesulitan untuk menembus pertahanan timnas Indonesia. Susunan pemain Indonesia vs Uruguay:Ronny Paslah, Anwar Ujang, Subodro, Sutan Harhara, Jacob Sihasale, Nobon Kayamudin, Andi Lala, Anjas Asmara, Risdianto, Abdul Kadir, dan Waskito.

[sunting] Denmark vs Indonesia

Pada tahun 1974, Indonesia mengadakan tur ke eropa untuk mengadakan partai ujicoba dengan negara Eropa. Dalam tur tersebut 11 diantara kekalahan timnas yang paling memalukan adalah ketika timnas Indonesia dibantai timnas Denmark dengan skor 9-0. Ini adalah kekalahn terbesar timnas sepanjang sejarah sebelum akhirnya rekor tersebut dipatahkan pada saat timnas Indonesia dibantai timnas Bahrain dengan skor 10-0.

[sunting] Gaya permainan

Tak kalah menarik, Sutan memiliki gaya tersendiri. Dia pengagum Total Football yang pada 1974 sangat populer diusung timnas Belanda. Meski di Indonesia waktu itu identik dengan skema 3-5-2 dan belum mengenal sepak bola yang sangat menyerang itu, Sutan berani menerapkan gaya itu dalam permainan individunya. Sebagai bek sayap, dia aktif membantu serangan. Saat timnya menekan, dia cepat berada di wilayah lawan. Bahkan tak jarang, serangan itu berawal dari akselerasinya di sektor sayap. Meski begitu, dia tak pernah lupa turun untuk memastikan pertahanan timnya aman.

Apalagi, Sutan dibekali teknik passing yang baik. Sehingga, dia banyak membuat assist buat para penyerang Indonesia. Terkadang dia juga mampu memanfaatkan peluang menjadi sebuah gol. Gaya permainannya itu yang membuat permainan Sutan jadi sangat menarik ditonton. Pertama, dia mengambil inisiatif sendiri untuk menjadi bek sayap yang aktif menyerang maupun bertahan ala total football. Kemudian, para pelatihnya menyetujui, bahkan mendukungnya.

Sutan bukan hanya bagus ketika menghadapi pemain-pemain lokal. Tapi juga teruji mampu mematikan bintang dunia. Saat Ajax Amsterdam datang ke Indonesia pada 1974, Sutan berhasil mengawal Gerth van Zanten. Bintang Ajax itu dibuat tak berkutik. "Saya waktu itu berada di kiri. Karena kesulitan melewati saya, dia tampak frustasi kemudian pindah ke kanan. Saya melawan Ajax dua kali. Saat membela Persija bermain imbang 1-1, dan saat membela timnas kalah 1-2," kenang Sutan.

Sutan juga pernah merasakan melawan timnas Denmark. Kala itu Sutan berhasil mematikan bintang mereka: Allan Simonsen. Sutan juga pernah berpengalaman melawan timnas Uruguay, Rapid Viena (Austria), dan Rosario Central (Argentina). Pengalaman itu membuatnya pemain yang begitu matang, hingga berkarier cukup lama.

Yang tak kalah penting, dia meninggalkan banyak catatan indah dalam persepakbolaan Indonesia. Meski tidak pernah membawa Indonesia juara di suatu turnamen, permainannya yang agresif dan menarik membuatnya dikenang sebagai salah satu pilar Garuda yang begitu tangguh. Di masanya, timnas Indonesia ditakuti di tingkat Asia.

[sunting] Prestasi

Mimihitam 06 May, 2012


-
Source: http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sutan_Harhara&diff=5476251&oldid=5473877
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com